Kepala Perpustakaan Nasional Sebut Kurang Paham Bacaan sebagai Masalah Utama Literasi di Indonesia

LAMPUNG.JURNALETAM – Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, menyatakan bahwa persoalan utama terkait literasi di Indonesia saat ini bukanlah budaya baca masyarakat yang rendah, melainkan kurangnya pemahaman terhadap bacaan. Hal ini ia sampaikan saat melakukan kunjungan kerja ke Perpustakaan Modern di Bandar Lampung pada Senin (20/3).

Menurut Syarif Bando, masalah Indonesia bukanlah budaya baca yang rendah, melainkan kurangnya pemahaman terhadap bacaan. Oleh karena itu, ia meminta peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai solusi atas masalah tersebut.

Selain itu, Syarif Bando juga menyoroti persoalan kurangnya buku dalam beberapa puluh tahun terakhir, di mana satu buku ditunggu oleh 90 orang dari Sabang sampai Merauke. Menurut standar UNESCO, minimal tiga buku baru harus tersedia untuk setiap orang setiap tahunnya.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Syarif Bando menyebut pihaknya terus berupaya melakukan transformasi digital. Sebagai langkah awal, ia menghadiahkan kurang lebih 15 juta buku digital kepada Bunda Literasi dan Wakil Gubernur Lampung. Ia berharap buku digital tersebut dapat dinikmati di semua perpustakaan dan sekolah yang terkoneksi dengan internet.

Melalui transformasi digital dengan peluncuran 15 juta buku digital tersebut, masyarakat akan lebih mudah dan lebih luas dalam mengakses informasi. Keterbatasan buku cetak akan diatasi dengan memperluas akses jaringan melalui internet, sehingga semua orang dapat membaca di ponsel mereka.

Syarif Bando melakukan kunjungan kerja ke Lampung dalam rangka membuka Festival Literasi dan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) yang digelar di Perpustakaan Modern, Bandar Lampung. Transformasi digital menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan literasi masyarakat Indonesia dan mendorong terciptanya bangsa yang lebih cerdas dan berbudaya baca. (ADV/*)

Loading