MAKASSAR.JURNALETAM – Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mengadakan Workshop Akreditasi Perpustakaan yang diikuti oleh pustakawan pembina di dinas perpustakaan provinsi dan kabupaten/kota. Workshop ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang perlunya penerapan Standar Nasional Perpustakaan (SNP) dan akreditasi perpustakaan dalam penyelenggaraan perpustakaan.
Menurut Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando, para pustakawan pembina harus memahami bahwa budaya baca dan belajar merupakan faktor penting dalam mengetahui, menguasai, mentransfer, dan menerapkan IPTEK. Syarif menambahkan bahwa bangsa dengan kemampuan literasi tinggi akan menjadi negara produsen dan mampu bersaing secara global.
Selain itu, Syarif juga menekankan bahwa mengelola perpustakaan dapat dilakukan dengan memenuhi 11 aspek, antara lain gedung/tata ruang, perabot/perlengkapan, sumber daya manusia, anggaran, koleksi bahan perpustakaan, sistem layanan, minat baca, promosi perpustakaan, kerja sama perpustakaan, mitra perpustakaan, serta penelitian/pengembangan.
Syarif juga mengatakan bahwa para pustakawan, khususnya perpustakaan daerah, harus melakukan kreativitas dan inovasi agar menarik perhatian kepala daerah, bukan meminta diperhatikan. Ia menegaskan bahwa anggaran kecil seharusnya tidak menjadi kendala dalam melakukan kegiatan, melainkan melakukan skala prioritas untuk men-trigger.
Syarif menjelaskan bahwa saat ini, paradigma pengelolaan perpustakaan mengalami perubahan. Fungsi perpustakaan untuk mengatur koleksi buku hanya sebesar 10 persen, sedangkan 20 persen untuk memanajemen ilmu pengetahuan dan 70 persen untuk transfer ilmu pengetahuan. Melalui program prioritas nasional TPBIS, perpustakaan tidak hanya mengelola koleksi buku, tetapi juga mendampingi pengunjung perpustakaan dan melatih keterampilan dari koleksi buku yang ada di perpustakaan untuk diaplikasikan dalam usaha mikro dan meningkatkan kesejahteraan hidup.
Menurut Syarif, sudah 2 juta masyarakat yang terjangkau program TPBIS, dan kisah para penerima manfaat telah dibukukan agar dapat menjadi pembelajaran. Ia juga menambahkan bahwa program TPBIS tidak membatasi pilihan ekonomi, misalnya A ingin kuliner, B beternak, C kerajinan batik. Peran Perpusnas hanya menyiapkan bahan bacaan yang relevan, baik tercetak maupun digital. (ADV/*)