SAMARINDA.JURNALETAM – Masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya paham keterkaitannya mengkonsumsi protein hewani dengan pencegahan stunting. Padahal, protein hewani memiliki manfaat penting dalam pemenuhan gizi manusia.
Tim Jurnal Etam melakukan wawancara dengan Sub Koordinator Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Samarinda Rudy Agus Riyanto beberapa waktu lalu di Kantor Dinkes Samarinda, mengenai keterkaitan dua hal tersebut.
Rudy menerangkan, konsumsi protein hewani merupakan salah satu unsur pemenuhan gizi di program pemerintah untuk pencegahan stunting. Yakni ISI PIRINGKU. Dimana terdapat lauk-pauk, buah-buahan, sayuran dan makanan pokok.
“Di dalam Isi Piringku, ada menu 4 bintang. Kacang-kacangan, sumber energi, protein hewani, serta sayur dan buah,”ungkapnya.
Program tersebut juga menjadi tindak lanjut dari hasil penelitian dari para ahli di Indonesia. Antara lain, adanya lonjakan tinggi bayi baru lahir yang kecil. Dimana berat badan di bawah 2500 gram dengan panjang di bawah 48 centimeter.
“Kalau seperti itu, tidak salah bayinya. Yang salah kan sejak di dalam kandungan, bahkan sebelumnya. Pada saat catin (calon pengantin) dan remaja,”kritiknya.
Selain itu pula, ada lonjakan tertinggi resiko stunting pada anak berusia 6-23 bulan. Pada usia tersebut, anak membutuhkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Hasil penelitian menemukan anak-anak tidak mendapatkan MPASI yang sesuai dan gizi yang tidak lengkap.
“Disitu diteliti secara ilmu gizi, namanya tinggi badan pasti membutuhkan protein. Ternyata MPASI di Indonesia itu dan ibu hamil mengalami defisit protein,”lanjutnya.
Oleh sebab itulah, pemerintah mendorong masyarakat untuk lebih mengonsumsi protein hewani. Karena protein yang gampang diserap ialah protein hewani. Agar memenuhi gizi yang seimbang dan mencegah stunting, maka diutamakanlah protein hewani.
Khusus untuk ibu hamil, Rudy berpesan agar ibu hamil mengonsumsi 2 jenis protein hewaninya. “Jadi nggak boleh ayam tok. Ayam sama telur, ikan sama telur. Ini diiharapkan ada sinergis yang kuat dari 2 jenis protein, supaya nanti absorbsi di ususnya lebih baik. Semuanya dari hasil penelitian,”kuncinya. (ADV/Tya*)