SAMARINDA.JURNALETAM – Kalimantan Timur (Kaltim), sebagai salah satu daerah penghasil energi terkemuka di Indonesia, masih menghadapi tantangan serius terkait akses listrik di sejumlah desa. Meskipun dianggap sebagai lumbung energi, masih terdapat 211 desa di Kaltim yang belum menikmati penerangan listrik. Hal ini menjadi keprihatinan Jahidin, anggota Komisi I DPRD Provinsi Kaltim, yang mendorong Pemerintah Provinsi untuk segera menyediakan pembangkit listrik dan memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi.
Kekayaan Sumber Daya Alam dan Tantangan Terkini
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, Provinsi Kaltim memiliki 1.038 desa. Meski demikian, temuan dari pansus menunjukkan bahwa lebih dari 200 desa masih belum teraliri listrik. Jahidin menyoroti paradoks ini dengan menekankan keberlimpahan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Kaltim. Sebagai daerah penghasil energi, kesenjangan akses listrik di desa-desa menjadi ironi yang tidak bisa diabaikan.
Jahidin menegaskan bahwa situasi ini tidak etis mengingat potensi besar yang dimiliki Kaltim. “Kita yang punya SDA, kita yang punya lumbung kok bisa kita masih tidak menikmati listrik. Tidak logis sekali, sementara kita yang punya bahan bakunya, kita kayak ayam jantan mati dalam kandang,” ungkapnya dengan tegas. Paradoks ini membangkitkan pertanyaan mendasar tentang distribusi dan pemanfaatan SDA secara merata demi kesejahteraan seluruh masyarakat.
Tantangan di Kabupaten Kutai Kartanegara
Salah satu sorotan utama Jahidin adalah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), yang dianggapnya sebagai daerah krusial dengan tingkat kekayaan tertinggi. Meskipun Kukar menjadi salah satu kabupaten terkaya, realitas di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak desa di wilayah ini yang belum dialiri listrik. Jahidin menyoroti paradoks di Kutai Timur (Kutim), penghasil batu bara terbesar di Indonesia, namun masih terdapat ratusan desa yang belum tersentuh oleh cahaya listrik.
Dengan tegas, Jahidin menyerukan perlunya perhatian khusus terhadap daerah ini. “Kukar itu kabupaten terkaya. Juga lihat penghasil batu bara bahkan di Indonesia adalah Kutai Timur (Kutim) tapi desa di Kutim masih ratusan juga yang belum dialiri listrik,” ujarnya. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya intervensi pemerintah untuk menutup kesenjangan akses listrik di daerah-daerah yang strategis ini.
Dampak Sosial dan Pendidikan
Jahidin juga menyoroti dampak sosial dari kurangnya akses listrik di sejumlah desa. Ia mencatat bahwa sejak masa kemerdekaan hingga saat ini, beberapa desa masih mengandalkan lampu teplok sebagai sumber cahaya utama. Kondisi ini, menurutnya, tidak hanya memengaruhi kesejahteraan masyarakat tetapi juga perkembangan anak-anak di desa tersebut.
“Bagaimana mau cerdas anak kita kalau begini? Jadi selama-lamanya kita tertinggal karena sarana utamanya seperti listrik tidak ada,” tandas Jahidin. Ketidaksetaraan dalam akses pendidikan dan kehidupan sehari-hari menjadi perhatian serius yang perlu segera diatasi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi muda Kaltim.
Dorongan Menuju Solusi: Peran Pemerintah Provinsi
Melihat kompleksitas tantangan ini, Jahidin mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim untuk segera bertindak. Ia menekankan perlunya penyediaan pembangkit listrik sebagai langkah kritis untuk memastikan desa-desa yang masih gelap dapat segera teraliri listrik. Dorongan ini sejalan dengan visi pembangunan berkelanjutan dan inklusif yang harus menjadi fokus utama setiap pemerintahan.
Perlunya kerja sama antara pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat setempat juga disoroti dalam upaya meningkatkan akses listrik. Kolaborasi ini dianggap sebagai kunci untuk mengatasi tantangan infrastruktur yang kompleks. Dalam hal ini, investasi yang tepat waktu dan strategis dianggap sebagai langkah cerdas untuk mempercepat proses penyaluran listrik ke desa-desa yang masih terpinggirkan.
Kesimpulan
Dalam menghadapi ketidaksetaraan akses listrik di desa-desa Kaltim, upaya kolektif dan komitmen pemerintah menjadi kunci untuk mencapai perubahan yang signifikan. Dorongan Jahidin sebagai perwakilan rakyat memperlihatkan kepedulian terhadap nasib masyarakat di daerah yang belum teraliri listrik. Dengan kesadaran akan potensi besar Kaltim sebagai penyumbang energi, penyediaan listrik yang merata menjadi langkah penting menuju masyarakat yang lebih sejahtera dan berpendidikan.
Tantangan ini bukan hanya sekadar masalah teknis tetapi juga merupakan cermin dari komitmen untuk membangun daerah secara inklusif. Dengan langkah-langkah strategis, diharapkan Kaltim dapat mengatasi ketidaksetaraan akses listrik dan memberikan harapan baru bagi masyarakat desa yang selama ini terabaikan.(ADV/DPRD Kaltim)