SAMARINDA.JURNALETAM – Maraknya kasus perundungan terhadap remaja di berbagai daerah di Indonesia menjadi sorotan utama, menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat. Puji Setyowati, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), memandang peran orang tua sebagai elemen kunci dalam mengatasi dan mencegah fenomena ini. Dalam pandangannya, peran orang tua tidak hanya sebatas memberikan kasih sayang, tetapi juga melibatkan pemantauan aktif terhadap perkembangan anak, terutama pada usia krusial mereka.
Peran Orang Tua dalam Membimbing Anak-anak:
Puji Setyowati menekankan bahwa orang tua memegang peran utama dalam membimbing anak-anak mereka. Dalam konteks perundungan, pemantauan terhadap gerak-gerik anak menjadi kunci penting. Dalam wawancaranya, Puji Setyowati berpendapat bahwa orang tua harus aktif terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, tidak hanya secara fisik tetapi juga emosional dan psikologis. Ia mengingatkan bahwa masa transisi ke usia remaja adalah periode yang krusial, di mana peran orang tua menjadi semakin vital.
“Orang tua adalah sekolah pertama bagi anak-anak, dan mereka harus memahami perubahan yang terjadi pada anak selama masa transisi ini,” tegas Puji Setyowati.
Pentingnya Keterlibatan Orang Tua selama Masa Transisi:
Puji Setyowati menggarisbawahi urgensi keterlibatan orang tua selama masa transisi anak-anak ke usia remaja. Menurutnya, orang tua harus lebih peka terhadap perubahan perilaku, emosi, dan kebutuhan anak mereka. Ia menyatakan bahwa keterlibatan orang tua tidak dapat hanya mengandalkan peran guru di sekolah, melainkan harus mencakup pemahaman mendalam tentang dunia anak-anak di luar lingkungan pendidikan formal.
“Orang tua harus hadir secara aktif dalam kehidupan anak-anak mereka, berbicara, mendengarkan, dan memahami tantangan yang mereka hadapi,” ujar Puji Setyowati.
Mencegah Fasilitas yang Berpotensi Menjadi Kendala:
Puji Setyowati juga mengajak orang tua untuk lebih bijak dalam memberikan fasilitas seperti motor atau handphone kepada anak-anak mereka. Ia menegaskan bahwa pemberian fasilitas tersebut harus disesuaikan dengan kematangan dan kewajaran usia anak. Memberikan fasilitas yang berpotensi memberikan akses pada hal-hal negatif sebelum waktunya dapat menjadi risiko serius.
“Orang tua harus menjaga keseimbangan antara memberikan kebebasan kepada anak-anak dan memberikan batasan yang diperlukan untuk melindungi mereka dari risiko perundungan dan perilaku berbahaya lainnya,” paparnya.
Mengawasi Aktivitas Anak-anak:
Dalam mengatasi masalah perundungan, Puji Setyowati menegaskan bahwa pengawasan yang ketat dari orang tua sangat penting. Ia menyatakan bahwa tidak hanya mengenai aktivitas di sekolah, tetapi juga aktivitas di luar sekolah, terutama dalam penggunaan teknologi dan media sosial. Pengawasan yang efektif memerlukan komunikasi terbuka antara orang tua dan anak.
“Orang tua harus membangun hubungan komunikatif dengan anak-anak mereka, sehingga anak merasa nyaman untuk berbicara tentang pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi tanpa takut dihakimi atau diabaikan,” ungkap Puji Setyowati.
Rencana Sosialisasi dan Kerjasama dengan Sekolah:
Untuk menanggulangi perundungan yang semakin marak, Puji Setyowati merencanakan untuk melakukan sosialisasi di berbagai sekolah dan berkoordinasi dengan guru-guru. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah mencegah kasus perundungan di lingkungan pendidikan dan mengevaluasi interaksi antara guru dan orang tua siswa.
“Penting untuk menciptakan sinergi antara keluarga dan sekolah. Guru harus menjadi mitra yang aktif dalam mendukung perkembangan anak, dan orang tua harus terlibat dalam mendukung lingkungan belajar yang positif,” jelasnya.
Kesimpulan:
Maraknya perundungan terhadap remaja merupakan tantangan serius yang membutuhkan perhatian bersama dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan. Dalam konteks ini, peran orang tua menjadi krusial dalam membimbing anak-anak melalui masa transisi ke usia remaja dengan aman. Pemahaman, keterlibatan aktif, dan pengawasan yang bijak dari orang tua dapat menjadi langkah efektif dalam mencegah dan mengatasi kasus perundungan. Melalui sosialisasi dan kerjasama dengan sekolah, Puji Setyowati berharap dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan mendukung perkembangan positif anak-anak Indonesia.(ADV/DPRD Kaltim)