PENAJAM.JURNALETAM – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Dinkes Kaltim) telah mengambil langkah progresif dalam upaya pencegahan malaria di Penajam Paser Utara (PPU). Melalui pembentukan ‘Kader Populasi Khusus’, Dinkes Kaltim menunjukkan komitmen seriusnya dalam memerangi malaria, terutama di wilayah yang masih berjuang melawan penyakit ini.
Kader Populasi Khusus memiliki peran kunci dalam strategi pencegahan malaria di PPU. Tim ini fokus pada aktivitas screening dan pengobatan sementara di wilayah yang diketahui sebagai kawasan endemis malaria. Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan perlindungan lebih efektif dan mencegah penularan penyakit di PPU.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kaltim, Setyo Budi Basuki, menekankan pentingnya inisiatif ini.
“Kita ingin melakukan pencegahan dari dalam, dan agar mereka yang keluar masuk hutan tidak menularkan, itu namanya kader populasi khusus, ini bisa menjangkau mereka yang bekerja di hutan, selain melakukan screening juga bisa melakukan pengobatan sementara,” jelasnya.
Kegiatan pencegahan malaria di PPU bukan hanya penting bagi kesehatan masyarakat setempat, tetapi juga untuk upaya nasional Indonesia dalam memerangi malaria. Dengan target eliminasi malaria pada tahun 2030, langkah-langkah seperti ini sangat krusial. Kalimantan Timur berharap mengakhiri kasus penularan lokal malaria pada tahun 2023 dan mencapai eliminasi penuh pada tahun 2027.
Pentingnya pencegahan malaria di PPU diperkuat dengan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang sedang berlangsung. Penugasan Kader Populasi Khusus di wilayah ini akan memudahkan proses screening bagi masyarakat, membantu mengurangi potensi penularan ke PPU dan IKN.
Inisiatif Dinkes Kaltim ini menandakan langkah penting dalam memerangi malaria di Kalimantan Timur. Dengan strategi terpadu dan inovatif, pencegahan malaria di PPU tidak hanya membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat tetapi juga membawa Indonesia lebih dekat ke tujuan eliminasi malaria di masa depan.
Meskipun upaya pencegahan malaria di PPU telah diperkuat, wilayah ini kini menghadapi tantangan baru dengan peningkatan signifikan kasus malaria. Pada Juni 2023, PPU mencatat 687 kasus malaria, angka yang mengkhawatirkan dan menempatkan wilayah ini sebagai zona merah daerah endemis. Keadaan ini menggarisbawahi urgensi pencegahan malaria yang lebih intensif.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan PPU, sebagian besar kasus malaria berasal dari luar daerah, terutama di kalangan pekerja atau pengrajin kayu yang sering melintasi perbatasan antar kabupaten. Mereka yang bekerja di hutan, khususnya di Kelurahan Sotek, cenderung terinfeksi malaria dan mencari pengobatan di fasilitas kesehatan terdekat, sehingga kasus ini tercatat di PPU.
Kondisi ini mendapat perhatian khusus karena kedekatannya dengan Ibu Kota Nusantara (IKN). Sebagai respons, Dinkes PPU meningkatkan upaya pencegahan, termasuk survei vektor, pemberantasan tempat perindukan nyamuk, aplikasi brekat larvasida, dan distribusi kelambu insektisida kepada masyarakat. Pemeriksaan rutin dan skrining malaria, khususnya di kalangan pekerja hutan dan warga di daerah endemis, juga menjadi bagian penting dari strategi pencegahan.
Dinkes PPU juga memulai program advokasi dan sosialisasi yang ditargetkan untuk pekerja hutan. Program ini dirancang untuk mengurangi kasus malaria dengan mendorong penerapan langkah-langkah profilaksis. Sosialisasi telah dilakukan bersama tokoh masyarakat di Sotek, dan kerjasama dengan World Health Organization (WHO) pun telah diinisiasi untuk pelatihan kader malaria.
Langkah-langkah yang diambil oleh Dinkes PPU menegaskan komitmen yang kuat dalam menangani peningkatan kasus malaria dan menonjolkan pentingnya pencegahan malaria di PPU sebagai prioritas kesehatan masyarakat. (ADV/Dinkes Kaltim)