SAMARINDA.JURNALETAM – Ananda Emira Moeis, anggota Komisi IV DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), menggarisbawahi tantangan serius dalam sektor kesehatan di wilayahnya. Dalam berbagai diskusi terkait masalah kesehatan, salah satu isu utama yang muncul adalah lamanya antrian layanan kesehatan bagi pengguna BPJS.
“Ketika kita melakukan reses, kami mendapatkan banyak masukan dari masyarakat terkait masalah BPJS. Banyak pertanyaan tentang mengapa harus mengantri begitu lama, dan mengapa penggunaan pinger prin menjadi suatu keharusan. Ini adalah realitas yang harus dihadapi, dan kami berusaha mencari solusi,” ungkap Ananda Emira Moeis.
Penggunaan pinger prin, menurutnya, merupakan bagian dari prosedur kesehatan yang harus diikuti. Namun, kekhawatiran masyarakat tidak hanya terbatas pada itu. Keluhan juga mencuat terkait keterbatasan dokter spesialis dan subspesialis, menyebabkan antrian panjang dan pelayanan yang kurang optimal.
“Kita memiliki masalah dengan ketersediaan dokter spesialis dan subspesialis di daerah ini. Hal ini menyebabkan pasien harus menunggu lama untuk mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan,” tambahnya.
Ananda Emira Moeis memandang bahwa solusi jangka panjang untuk masalah ini adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang kesehatan. Dia mengajak generasi muda, khususnya di Kaltim, untuk berkomitmen pada pendidikan yang benar dan memilih jalur pendidikan kedokteran.
“Mari belajar dengan sungguh-sungguh, menjadi dokter, dan berkontribusi untuk memajukan daerah kita. Kaltim membutuhkan lebih banyak dokter, dan kita berharap generasi muda bisa mengisi kekosongan ini dengan menjadi ahli di bidang kesehatan,” serunya kepada generasi muda.
Menanggapi kebutuhan akan lebih banyak dokter spesialis, Ananda Emira Moeis mendorong pemerintah untuk memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang berminat mengambil spesialis kedokteran. Dia berpendapat bahwa dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kaltim harus dialokasikan dengan baik untuk mendukung inisiatif ini, karena kesehatan dianggap sebagai hak dasar semua masyarakat.
“Seberapa canggih pun peralatan kesehatan kita, sebanyak apa pun kamar inap di rumah sakit, tanpa dokter yang memadai, semuanya tidak akan maksimal. Oleh karena itu, kita perlu memastikan bahwa sumber daya yang cukup tersedia untuk mendukung keberlanjutan pelayanan kesehatan,” tegasnya.
Dalam konteks ini, Ananda Emira Moeis mengajak mahasiswa yang menerima beasiswa spesialis untuk kembali ke daerah asal mereka setelah menyelesaikan pendidikan mereka. Dia menekankan pentingnya memberikan kontribusi kepada masyarakat setempat dan membantu memperkuat sistem kesehatan di daerah Kaltim.
“Satu hal yang utama adalah mencintai daerah kita, mencintai Indonesia. Jika Anda mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar, jangan lupakan untuk kembali dan berkontribusi di sini,” tambahnya.
Artikel ini mencerminkan keprihatinan mendalam Ananda Emira Moeis terhadap kesehatan masyarakat di Kalimantan Timur. Dia berusaha mendorong perubahan positif dengan mengatasi tantangan ketersediaan dokter spesialis dan merangsang minat generasi muda dalam memilih karir di bidang kesehatan. Dengan fokus pada peningkatan SDM, dia percaya bahwa Kaltim dapat mengatasi hambatan-hambatan ini dan membangun sistem kesehatan yang lebih tangguh.(ADV/DPRD Kaltim)